NONSTOPNEWS.ID – Taufik tidak memiliki banyak waktu luang setiap hari. Seperti dalam perbincangan di Institut Daarul Qur’an, Selasa (17/1/2023) sore lalu. Ia tampak terburu-buru karena harus kembali ke Rumah Tahfizh untuk mengajar.
Pemilik nama lengkap Taufik Abdullah, mahasiswa Institut Daarul Qur’an penerima program beasiswa. Taufik, demikian ia biasa disapa, juga seorang pengajar di Rumah Tahfizh di Karawaci, di bawah Koordinator Wilayah RTC wilayah Banten.
Mahasiswi jurusan Al-Qur’an dan Hadits itu terlihat rapi dengan balutan kemeja hitam dan celana abu-abu. Jangan lupakan topinya newsbooy abu-abu yang membuatnya terlihat lebih elegan.
Namun, siapa sangka pemuda keren ini adalah seorang hafidz Alquran 30 juz. Penampilannya yang menarik, meski bergaya klasik, membuat Taufik tidak terlihat seperti ustadz pada umumnya. Memang selain mengajar, ia juga mahasiswa di Institut Daarul Qur’an.
Dalam kesempatan itu, Taufik menceritakan latar belakangnya. Ternyata, ia adalah seorang perantau asal Medan yang merantau ke ibu kota hanya untuk menuntut ilmu.
Semua berawal dari keputusannya untuk masuk ke Rumah Tahfizh di Medan. Rumah Tahfizh berada di bawah naungan PPPA Daarul Qur’an Medan. Taufik masuk ke Rumah Tahfizh karena ingin menghafal Al-Qur’an.
“Saat itu saya sedang mencari program tahfizh di internet kemudian saya dapat informasi di Rumah Tahfizh Daarul Qur’an. Setelah itu saya langsung daftar dan alhamdulillah lulus, saya masuk ke sana,” kata Taufik.
Dia begitu serius ketika memutuskan untuk masuk ke Rumah Tahfizh. Keputusan ini pun mendapat restu dari orang tuanya. Bahkan, ada satu pesan dari ayahnya yang masih diingatnya hingga saat ini.
“Belajarlah sampai tidak punya teman, pasti banyak didatangi teman,” kata Taufik mengingat pesan ayahnya.
Taufik benar-benar mengimplementasikan pesan tersebut. Dia belajar keras sehingga dia tidak punya banyak waktu dan teman untuk bermain. Namun, ia membuktikan sendiri bahwa ketika sudah hapal 30 juz, banyak teman yang datang kepadanya.
Ya, Taufik berhasil menyelesaikan Al-Qur’an di Rumah Tahfizh. Dia membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menghafal 30 juz. Ia tidak menyangka akan banyak keajaiban yang terjadi dalam hidupnya setelah menghafal Al-Qur’an.
Salah satu yang paling berkesan adalah kesempatan belajar gratis di Institut Daarul Qur’an. Namun, jauh dari keluarga bukanlah hal yang mudah. Dia harus berjuang dari kerasnya kehidupan di kota sendirian.
Sebut saja untuk kebutuhan sehari-hari, Taufik rela menjadi penjual bakso bakar di awal-awal kuliah. Hal itu ia lakukan agar lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang tuanya. Ingat, sebelumnya dia menerima uang dari orang tuanya.
“Saya tidak ingin menjadi beban orang tua saya, jadi saya harus mencari uang sendiri di sini. Saya dulu menghadiri kuliah umum KH. Yusuf Mansur dan dia mengatakan kepada jamaah untuk memanggil orang tua saya dan menyuruh mereka untuk tidak mengirim uang. lagi, jadi saya melakukan itu,” jelasnya.
Taufik justru menghubungi orang tuanya dan mengatakan tidak akan mengiriminya uang lagi. Sejak itu, dia tidak pernah meminta uang kepada orang tuanya. (ris)
IKUTI BERITA LAINNYA DI BERITA GOOGLE