TIMESINDONESIA, MALANG – Pada hari ke-3 workshop program penguatan karakter unggul bagi dekan, dosen dan mahasiswa Fakultas Agama Islam Unisma Malang Masukkan satuan 2.
Salah satu rangkaian kegiatan workshop unit 2 membahas bagaimana menciptakan ekosistem positif di kampus. Kegiatan ini difasilitasi oleh Innovation for Indonesian School Children (INOVASI) sebuah program kerjasama antara pemerintah Australia dan Indonesia.
Iklan
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut komitmen FAI UNISMA dalam penguatan karakter unggul mahasiswa khususnya Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini (PIAUD) FAI UNISMA dengan mengintegrasikan Profil Mahasiswa Pancasila, 21st Century Skills , dan Nilai Aswaja.
Kegiatan yang diikuti oleh 25 peserta yang terdiri dari dekan, dosen dan mahasiswa ini digelar di Ruang Rapat Raung, Hotel Aria Gajahyana Malang, Minggu (29/1/2023). Seluruh anggota FAI Unisma memiliki peran penting dalam menciptakan ekosistem yang positif, baik di lingkungan FAI Unisma maupun di lingkungan perkuliahan. Dijelaskan narasumber workshop Dr. Eko Setiawan, M.Pd.
INFORMASI TENTANG UNISMA BISA KUNJUNGI www.unisma.ac.id
“Menciptakan ekosistem yang positif merupakan tanggung jawab seluruh elemen di Fakultas dan Program Studi, yang sangat mendukung penguatan karakter unggul mahasiswa,” ujar Eko.
Sementara itu, pembicara lainnya, Indra Musthofa, M.Pd.I juga menjelaskan kepada peserta bahwa membangun ekosistem yang positif membutuhkan kesepakatan dan kemauan dari seluruh anggota FAI UNISMA.
“Ekosistem positif dibangun dalam rangka membentuk mahasiswa yang menganut dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, kecakapan abad 21, dan nilai-nilai Aswaja yang dibutuhkan dalam kehidupan. Perlu ada kesepakatan dan kemauan dari seluruh anggota FAI Unisma agar ekosistem yang positif dapat terwujud,” ujar Indra.
Dalam workshop unit 2 ini, peserta secara berkelompok saling berdiskusi untuk menentukan karakter unggulan yang akan diperkuat dan juga mengidentifikasi karakteristik ekosistem yang positif. Ekosistem yang positif dapat dilihat dari lingkungan yang bebas dari bullying, intoleransi dan kekerasan, ramah terhadap warga kampus, inklusif, komunikasi efektif dan saling menghargai. Hasil diskusi dituangkan dalam mengumumkan dan ditempelkan pada flipchart.
Salah satu isu yang muncul dan paling disoroti adalah kasus bullying. Dari hasil penilaian awal terhadap karakter siswa, sebagian besar dari mereka pernah menjadi korban bahkan pelaku bullying. Tentu saja kasus bullying yang terjadi di kampus merupakan masalah yang serius dan dapat merugikan mahasiswa baik secara fisik maupun psikis.
M. Adri Budi selaku Manajer INOVASI Jawa Timur menjelaskan bahwa bullying merupakan masalah yang sangat besar dan harus diatasi.
“FAI harus bisa melakukan upaya mengatasi bullying dan juga melakukan pencegahan. FAI dapat membentuk gugus tugas melawan perundungan, intoleransi, dan kekerasan. Selain itu, juga bisa membuat poster di kelas untuk mengkampanyekan dampak negatif dari bullying,” ujar Adri.
Pada kesempatan yang sama Khoirul Anam selaku Pembimbing INOVASI memberikan apresiasi kepada FAI Unisma.
“Perpaduan 4 unsur yaitu Profil Mahasiswa Pancasila, Ketrampilan Abad 21, nilai-nilai Aswaja dan juga GEDSI merupakan sesuatu yang baru dan luar biasa. Hal ini tentunya tidak mudah, FAI Unisma dapat menjadi embrio untuk memperkuat karakter unggul,” pungkas Khoirul .
Setelah workshop selesai, selanjutnya akan dilakukan pendampingan untuk merealisasikan apa yang telah dibahas bersama dan akan diimplementasikan di lingkungan kampus maupun di perkuliahan.
INFORMASI TENTANG UNISMA BISA KUNJUNGI
www.unisma.ac.id **) Ikuti berita terbaru KALI Indonesia di dalam berita Google klik tautan ini