Sosok Selvi Amelia Nuraeni, Mahasiswa Unsur Cianjur yang Meninggal Jadi Korban Tabrak Lari

Sosok Selvi Amelia Nuraeni, Mahasiswa Unsur Cianjur yang Meninggal Jadi Korban Tabrak Lari

TRIBUNNEWS.COM – SEBUAH siswa Universitas Suryakancana (Unsur) CianjurSelvi Amelia Nuraeni meninggal dunia setelah menjadi korban Tabrak lari.

Kejadian Tabrak lari itu terjadi di Jalan Raya Bandung, Cianjur tepatnya di Desa Sabandar, Desa Sabandar, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, kecelakaan itu terjadi pada Jumat (20/1/2023) sekitar pukul 14.45 atau 15.45 WIB.

Kasus Tabrak lari yang mengakibatkan kematiannya Selvi Amelia Nuraini Viral di media sosial karena pelakunya tidak tertangkap dan mendapat perhatian dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Bahkan, muncul narasi pelaku Tabrak lari adalah bagian dari kelompok perwira polisi senior.

Adapun sosok Selvi Amelia Nuraeni diketahui merupakan mahasiswi Fakultas Hukum Dasar.

Baca juga: Kronologis Meninggalnya Siswa SD Cianjur Selvi Amelia Nuraini Korban Tabrak Lari

Mengutip keterangan di akun Instagram Element, Selvi Amelia Nuraeni adalah siswa angkatan 2022.

Dia baru saja mengikuti kuliah semester 1 di Elements.

Selvi Amelia Nuraeni juga meninggal di usia yang masih sangat muda, yakni 19 tahun.

Ungkapan duka pun mengalir untuk mendiang Selvi Amelia Nuraeni.

Salah satunya dalam postingan Facebook yang diduga dilakukan ibunda Selvi Amelia Nuraeni, Ida Saidah.

Awalnya, akun Ida Saidah menulis kabar duka terkait kepergian Selvi Amelia Nuraeni.

Dalam postingannya, tulis Ida Saidah, pihak keluarga sudah menerima nasib tersebut.

Ia pun berharap agar sang anak mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT.

Ida Saidah juga menulis bahwa pelaku yang menyebabkan kematian Selvi Amelia Nuraeni mendapat petunjuk dan petunjuk.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Ananda Selvi Amelia Nuraini telah kembali kepada pemiliknya yang sah pada tanggal 20 Januari 2023.”

“Kami sekeluarga menerima takdir ini, semoga anak kami mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah SWT.”

“Kepada para pelaku yang merasa telah menjadi penyebab hilangnya nyawa anak-anak kami, kami berharap mereka mendapat hidayah dan bimbingan,” tulis Ida Saidah.

Di postingan lainnya, Ida Saidah menulis tentang banyaknya orang yang mencintai dan mendoakan sosok tersebut Selvi Amelia Nuraini.

Ida Saidah juga percaya dengan kinerja polisi Cianjur yang akan mengusut tuntas kasus tersebut Tabrak lari siapa yang membunuh anak itu.

Termasuk menemukan pelakunya Tabrak lari itu.

“Putri kami yang cantik, begitu banyak cinta dan doa untukmu.”

“Kami percaya dengan kinerja Polri Cianjur Kami akan menyelidiki secara menyeluruh dan menemukan pelakunya.”

“Semoga Allah SWT selalu berada di sisimu nak,” tulis Ida Saidah.

Saat menanggapi sejumlah ucapan belasungkawa, Ida Saidah pun mengungkapkan sosoknya Selvi Amelia Nuraini.

dia menyebutkan, Selvi Amelia Nuraini adalah anak yang baik, penurut, rajin, ceria, dan menyenangkan banyak orang.

“Ayah, Ibu terkasih, terima kasih telah mendoakan putra kami yang baik, penurut, rajin, ceria, dan menyenangkan banyak orang.”

“Semoga kebaikan Bapak dan Ibu mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT,” dia menulis.

Ucapan belasungkawa juga datang dari kampus Elements melalui akun Instagram mereka.

“Seluruh civitas akademika Universitas Suryakancana mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya beliau Selvi Amelia NurainiMahasiswa Program Studi Hukum 2022.”

“Semoga almarhum ditempatkan di tempat yang paling mulia di sisi-Nya. Amin,” tulis akun @elemen.official.

Turut berduka cita dari Universitas Suryakancana atas meninggalnya Selvi Amelia Nuraini
Turut berduka cita dari Universitas Suryakancana atas meninggalnya Selvi Amelia Nuraini (Instagram Universitas Suryakancana)

Begitu juga dengan Fakultas Hukum Dasar. Bahkan sebuah angka siswa Universitas Suryakancana mengadakan pembagian bunga di TKP kematiannya Selvi Amelia Nuraini pada Senin (23/1/2023).

Aksi solidaritas ini dilakukan oleh siswa perwakilan dari masing-masing fakultas di Jalan Raya Bandung, Desa Bojong, Kecamatan Karangtengah dengan arahan dari Ketua BEM Fakultas Hukum Universitas Suryakancana.

Kegiatan ini dilakukan karena adanya pelaku Tabrak lari belum menemukan.

“Kami doakan semoga almarhum diterima amal baiknya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” tulis akun Instagram @fhelemen.

Mahasiswa Universitas Suryakancana menggelar tabur bunga di TKP
Sejumlah mahasiswa Universitas Suryakancana menggelar tabur bunga di TKP kematian Selvi Amelia Nuraini, Senin (23/1/2023).

Berita kematiannya Selvi Amelia Nuraini karena peristiwa Tabrak lari juga diunggah oleh Pengacara dan Dosen Fakultas Hukum Dasar Yudi Junadi.

Pengacara senior spesialis HAM ini mengungkapkan, pelaku yang menabrak Selvi Amelia Nuraini belum menemukan.

Yudi Junadi mencurigai sosok pelaku Tabrak lari Itu adalah salah satu mobil rombongan yang mengawal petinggi Polri dari Jakarta.

“Terkait meninggalnya Selvi Amalia Nuraeni, siswa Kami di FH Elements, Jum’at (01/2023) pukul 14.45 atau 15.45 di Jalan Raya Bandung dekat grosir Kawan Baru, yang diduga ditabrak salah satu mobil rombongan yang mengawal petinggi polsek dari Jakarta, sejauh ini pelaku belum terungkap,” tulis Yudi Junadi di akun Instagramnya.

Yudi Junadi juga menyinggung kesan polisi yang menutup-nutupi kasus kecelakaan lain.

Hal ini tidak sesuai dengan program Presisi dan semboyan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

“Bahkan, tampaknya aparat penegak hukum setempat menutupinya.”

“Ini tidak sesuai dengan program dan slogan PRESISI yang digariskan Kapolri @listyosigitprabowo,” lanjut Yudi Junadi.

Ia menambahkan, jika Kapolres Cianjur Jika tidak mampu menangani kasus ini, lebih baik diserahkan ke Mabes Polri.

Yudi juga meminta polisi tidak melontarkan sejumlah pernyataan yang janggal dan tidak masuk akal.

“Kalau Kapolri @donihermawan02 tidak sanggup menangani kasusnya, serahkan saja ke Mabes Polri.”

“Dan, tidak perlu membuat pernyataan konyol dan tidak masuk akal.”

“Hasil penyelidikan kami telah menemukan bukti awal yang cukup.”

“Jangan sampai salah penanganan karena faktor “bos dan bawahan”, kasus Calamity jadi heboh,” dia berkata.

Postingan Yudi Junadi mendapat balasan dari akun Kapolri yang mengabarkan akan segera mengusut kasus ini.

“Terima kasih atas informasinya, akan segera kami cek” tulis akun @listyosigitprabowo.

Berita meninggalnya Selvi Amelia Nurain
Kabar meninggalnya Selvi Amelia Nuraini akibat peristiwa tabrak lari juga diunggah oleh pengacara sekaligus dosen Fakultas Hukum Dasar, Yudi Junadi.

Kronologi Kematian Selvi Amelia Nuraini

Sementara ituKapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan membeberkan kronologi kecelakaan tersebut Tabrak lari yang mengakibatkan Selvi Amelia Nuraini mati.

Tabrak lari terjadi di Jalan Raya Bandung, Cianjur sore hari sekitar pukul 14.45 atau 15.45, Jumat (20/1/2023).

Kronologi Tabrak lari AKBP Doni Hermawan mengungkapkan melalui konferensi pers, Rabu (25/1/2023).

Menurut AKBP Doni Hermawan, kecelakaan bermula saat Selvi Amalia Nuraini berkendara dari arah Bandung. Cianjur dengan mengendarai sepeda motor.

Saat di TKP, sepeda motor yang dikemudikan Selvi menabrak bagian belakang kendaraan bus yang melaju searah di depannya.

Akibatnya motor Selvi jatuh ke kiri.

Sedangkan Selvi terjatuh ke kanan, namun masih on track.

“Sekaligus melintas kendaraan yang diduga menjadi penyebab kecelakaan yang mengakibatkan meninggalnya korban yaitu kendaraan yang pemiliknya masih kita selidiki.”

“Namun berdasarkan keterangan saksi-saksi yang telah kami periksa dan juga bukti CCTV yang telah kami analisa, bahwa benar telah terjadi kecelakaan yang melibatkan sepeda motor yang mengakibatkan meninggalnya korban akibat bertabrakan dengan kendaraan yang kami sedang melakukan pencarian,” kata AKBP Doni Hermawan, Rabu (25/1/2023), dikutip dari akun Instagram resmi Polri. Cianjur.

Lanjut AKBP Doni, Selvi Amalia Nuraini meninggal dunia akibat luka di kepala.

“Padahal saat itu korban memakai helm karena saat ditemukan di TKP korban masih memakai helm dan terkunci,” ujarnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan para saksi dan dari rekaman CCTV, semuanya mengarah pada Audi sedan tipe A8 berwarna hitam jika dilihat dari bentuk kendaraannya, karena ini adalah hasil rekaman CCTV.

“Kendaraan tersebut adalah kendaraan yang masuk ke dalam rombongan pengawalan dalam artian tidak masuk rombongan utama dan memaksa masuk rombongan pengawalan, dan kami pastikan mobil tersebut bukan rangkaian pengawalan melainkan mobil yang juga rombongan pengawalan. termasuk dalam kelompok itu,” katanya.

Terkait kasus Tabrak lari Saat ini, AKBP Doni mengaku sudah bekerja maksimal untuk mengungkap para pelaku Tabrak lari.

“Kami dari Polri Cianjur berusaha semaksimal mungkin untuk mengungkap kasus ini, kami telah melakukan penyelidikan dan memeriksa saksi-saksi dan juga mengumpulkan barang bukti.”

“Kami sudah membentuk tim khusus gabungan dari Bareskrim Polri Cianjur dan Sat Gakkum Satuan Polisi Cianjur,” dia berkata.

(Tribunnews.com/Sri Juliati/Daryono)

Kisah Perantau Asal Medan, Dulu Pedagang Bakso Bakar, Kini Mahasiswa Idaqu yang Jadi Pengajar Rumah Tahfizh

Kisah Perantau Asal Medan, Dulu Pedagang Bakso Bakar, Kini Mahasiswa Idaqu yang Jadi Pengajar Rumah Tahfizh

Banten, AkselNews.com – Taufik Abdullah, adalah mahasiswa Institut Daarul Qur’an penerima program beasiswa. Taufik, sapaan akrabnya, juga seorang guru sekaligus Rumah Tahfizh di Karawacidi bawah Koordinator Wilayah RTC wilayah Banten.

Dalam perbincangan di Institut Daarul Qur’an, Selasa (17/1) siang lalu, ia tampak terburu-buru karena harus kembali ke Rumah Tahfizh untuk mengajar.

Dengan menggunakan kemeja hitam, celana abu-abu, topi newsbooy abu-abu membuat tampilan semakin elegan. Mahasiswa jurusan Al-Qur’an dan Hadits terlihat sangat rapi.

Jika dilihat secara kasat mata, siapa sangka pemuda keren ini adalah seorang hafidz Al-Qur’an 30 juz. Penampilannya yang menarik meski bergaya klasik membuat Taufik tidak terlihat seperti ustadz biasa. Memang selain mengajar, ia juga mahasiswa di Institut Daarul Qur’an.

Dalam kesempatan itu, Taufik menceritakan latar belakangnya. Ternyata, ia adalah seorang perantau asal Medan yang merantau ke ibu kota hanya untuk menuntut ilmu.

Semua berawal dari keputusannya untuk masuk ke Rumah Tahfizh di Medan. Rumah Tahfizh berada di bawah naungan PPPA Daarul Qur’an Medan. Taufik masuk ke Rumah Tahfizh karena ingin menghafal Al-Qur’an.

“Saat itu saya sedang mencari program tahfizh di internet dan kemudian saya mendapatkan informasi di Rumah Tahfizh Daarul Qur’an. Setelah itu langsung daftar dan Alhamdulillah lolos, masuk kesana,” kata Taufik, dalam rilis yang diterima AkselNews.com.

Dia begitu serius ketika memutuskan untuk masuk ke Rumah Tahfizh. Keputusan ini pun mendapat restu dari orang tuanya. Bahkan, ada satu pesan dari ayahnya yang masih diingatnya hingga saat ini.

“Belajarlah sampai tidak punya teman, pasti banyak didatangi teman,” kata Taufik mengingat pesan ayahnya.

Taufik benar-benar mengimplementasikan pesan tersebut. Dia belajar keras sehingga dia tidak punya banyak waktu dan teman untuk bermain. Namun, ia membuktikan sendiri bahwa ketika sudah hapal 30 juz, banyak teman yang datang kepadanya.

Ya, Taufik berhasil menyelesaikan Al-Qur’an di Rumah Tahfizh. Dia membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menghafal 30 juz. Ia tidak menyangka akan banyak keajaiban yang terjadi dalam hidupnya setelah menghafal Al-Qur’an.

Salah satu yang paling berkesan adalah kesempatan belajar gratis di Institut Daarul Qur’an. Namun, jauh dari keluarga bukanlah hal yang mudah. Dia harus berjuang dari kerasnya kehidupan di kota sendirian.

Sebut saja untuk kebutuhan sehari-hari, Taufik rela menjadi penjual bakso bakar di awal-awal kuliah. Hal itu ia lakukan agar lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang tuanya. Ingat, sebelumnya dia menerima uang dari orang tuanya.

“Saya tidak ingin menjadi beban orang tua saya, jadi saya harus mencari uang sendiri di sini. Sebelumnya, dia menghadiri KH. Yusuf Mansur dan dia menyuruh jemaah untuk memanggil orang tuanya dan mengatakan tidak mengirim uang lagi, jadi Saya melakukan itu,” jelasnya.

Taufik justru menghubungi orang tuanya dan mengatakan tidak akan mengiriminya uang lagi. Sejak itu, dia tidak pernah meminta uang kepada orang tuanya.

“Jadi, berapa pun uang yang saya miliki, saya harus bisa menggunakannya untuk kebutuhan pribadi. Seringkali mereka seolah-olah membohongi orang tuanya dengan mengatakan jika mereka masih punya uang, uangnya sudah cukup,” imbuhnya.

Kebesaran Tuhan kembali terbukti. Tak lama kemudian, ia mendapat tawaran untuk mengajar di Rumah Tahfizh. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Ia menjalankan tugasnya sebagai guru dengan baik sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Hingga kini ia masih bertahan sebagai pengajar di Rumah Tahfizh.

Taufik selalu bisa membagi waktunya antara mengajar dan kuliah. Cita-citanya sendiri adalah menjadi pengusaha dan mendirikan pesantren penghafal Al-Qur’an. Dia ingin ilmunya bermanfaat untuk anak-anak yang sama seperti dia beberapa tahun yang lalu. (Zal)

Taufik, Mahasiswa Idaqu yang Jadi Pengajar Rumah Tahfizh, Pernah Jualan Bakso Bakar

Taufik, Mahasiswa Idaqu yang Jadi Pengajar Rumah Tahfizh, Pernah Jualan Bakso Bakar

NONSTOPNEWS.ID – Taufik tidak memiliki banyak waktu luang setiap hari. Seperti dalam perbincangan di Institut Daarul Qur’an, Selasa (17/1/2023) sore lalu. Ia tampak terburu-buru karena harus kembali ke Rumah Tahfizh untuk mengajar.

Pemilik nama lengkap Taufik Abdullah, mahasiswa Institut Daarul Qur’an penerima program beasiswa. Taufik, demikian ia biasa disapa, juga seorang pengajar di Rumah Tahfizh di Karawaci, di bawah Koordinator Wilayah RTC wilayah Banten.

Mahasiswi jurusan Al-Qur’an dan Hadits itu terlihat rapi dengan balutan kemeja hitam dan celana abu-abu. Jangan lupakan topinya newsbooy abu-abu yang membuatnya terlihat lebih elegan.

Namun, siapa sangka pemuda keren ini adalah seorang hafidz Alquran 30 juz. Penampilannya yang menarik, meski bergaya klasik, membuat Taufik tidak terlihat seperti ustadz pada umumnya. Memang selain mengajar, ia juga mahasiswa di Institut Daarul Qur’an.

Dalam kesempatan itu, Taufik menceritakan latar belakangnya. Ternyata, ia adalah seorang perantau asal Medan yang merantau ke ibu kota hanya untuk menuntut ilmu.

Semua berawal dari keputusannya untuk masuk ke Rumah Tahfizh di Medan. Rumah Tahfizh berada di bawah naungan PPPA Daarul Qur’an Medan. Taufik masuk ke Rumah Tahfizh karena ingin menghafal Al-Qur’an.

“Saat itu saya sedang mencari program tahfizh di internet kemudian saya dapat informasi di Rumah Tahfizh Daarul Qur’an. Setelah itu saya langsung daftar dan alhamdulillah lulus, saya masuk ke sana,” kata Taufik.

Dia begitu serius ketika memutuskan untuk masuk ke Rumah Tahfizh. Keputusan ini pun mendapat restu dari orang tuanya. Bahkan, ada satu pesan dari ayahnya yang masih diingatnya hingga saat ini.

“Belajarlah sampai tidak punya teman, pasti banyak didatangi teman,” kata Taufik mengingat pesan ayahnya.

Taufik benar-benar mengimplementasikan pesan tersebut. Dia belajar keras sehingga dia tidak punya banyak waktu dan teman untuk bermain. Namun, ia membuktikan sendiri bahwa ketika sudah hapal 30 juz, banyak teman yang datang kepadanya.

Ya, Taufik berhasil menyelesaikan Al-Qur’an di Rumah Tahfizh. Dia membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menghafal 30 juz. Ia tidak menyangka akan banyak keajaiban yang terjadi dalam hidupnya setelah menghafal Al-Qur’an.

Salah satu yang paling berkesan adalah kesempatan belajar gratis di Institut Daarul Qur’an. Namun, jauh dari keluarga bukanlah hal yang mudah. Dia harus berjuang dari kerasnya kehidupan di kota sendirian.

Sebut saja untuk kebutuhan sehari-hari, Taufik rela menjadi penjual bakso bakar di awal-awal kuliah. Hal itu ia lakukan agar lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang tuanya. Ingat, sebelumnya dia menerima uang dari orang tuanya.

“Saya tidak ingin menjadi beban orang tua saya, jadi saya harus mencari uang sendiri di sini. Saya dulu menghadiri kuliah umum KH. Yusuf Mansur dan dia mengatakan kepada jamaah untuk memanggil orang tua saya dan menyuruh mereka untuk tidak mengirim uang. lagi, jadi saya melakukan itu,” jelasnya.

Taufik justru menghubungi orang tuanya dan mengatakan tidak akan mengiriminya uang lagi. Sejak itu, dia tidak pernah meminta uang kepada orang tuanya. (ris)

IKUTI BERITA LAINNYA DI BERITA GOOGLE

Kisah Inspiratif Taufik, Mahasiswa Idaqu yang Jadi Pengajar Rumah Tahfizh

Kisah Inspiratif Taufik, Mahasiswa Idaqu yang Jadi Pengajar Rumah Tahfizh

TAUFIK tidak memiliki banyak waktu luang setiap hari. Seperti dalam perbincangan di Institut Daarul Qur’an, Selasa (17/1/2023) sore lalu. Ia tampak terburu-buru karena harus kembali ke Rumah Tahfizh untuk mengajar.

Pemilik nama lengkap Taufik Abdullah ini merupakan mahasiswa Institut Daarul Qur’an atau Idaqu yang pernah mendapatkan program beasiswa.

Taufik, demikian ia disapa, juga seorang pengajar di Rumah Tahfizh di Karawaci, di bawah Koordinator Wilayah RTC wilayah Banten.

Mahasiswi jurusan Al-Qur’an dan Hadits itu terlihat rapi dengan balutan kemeja hitam dan celana abu-abu. Tak lupa topi newsbooy berwarna abu-abu yang membuatnya semakin terlihat elegan.

Namun, siapa sangka pemuda keren ini adalah seorang hafidz Alquran 30 juz. Penampilannya yang menarik, meski bergaya klasik, membuat Taufik tidak terlihat seperti ustadz pada umumnya.

Memang selain mengajar, ia juga mahasiswa di Institut Daarul Qur’an.

Dalam kesempatan itu, Taufik menceritakan latar belakangnya. Ternyata, ia adalah seorang perantau asal Medan yang merantau ke ibu kota hanya untuk menuntut ilmu.

Semua berawal dari keputusannya untuk masuk ke Rumah Tahfizh di Medan. Rumah Tahfizh berada di bawah naungan PPPA Daarul Qur’an Medan. Taufik masuk ke Rumah Tahfizh karena ingin menghafal Al-Qur’an.

“Saat itu saya sedang mencari program tahfizh di internet dan kemudian saya mendapatkan informasi di Rumah Tahfizh Daarul Qur’an. Setelah itu langsung daftar dan Alhamdulillah lolos, masuk kesana,” kata Taufik.

Dia begitu serius ketika memutuskan untuk masuk ke Rumah Tahfizh. Keputusan ini pun mendapat restu dari orang tuanya. Bahkan, ada satu pesan dari ayahnya yang masih diingatnya hingga saat ini.

“Belajarlah sampai tidak punya teman, pasti banyak didatangi teman,” kata Taufik mengingat pesan ayahnya.

Taufik benar-benar mengimplementasikan pesan tersebut. Dia belajar keras sehingga dia tidak punya banyak waktu dan teman untuk bermain.

Namun, ia membuktikan sendiri bahwa ketika sudah hapal 30 juz, banyak teman yang datang kepadanya.

Ya, Taufik berhasil menyelesaikan Al-Qur’an di Rumah Tahfizh. Dia membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menghafal 30 juz. Ia tidak menyangka akan banyak keajaiban yang terjadi dalam hidupnya setelah menghafal Al-Qur’an.

Salah satu yang paling berkesan adalah kesempatan belajar gratis di Institut Daarul Qur’an.

Namun, jauh dari keluarga bukanlah hal yang mudah. Dia harus berjuang dari kerasnya kehidupan di kota sendirian.

Sebut saja untuk kebutuhan sehari-hari, Taufik rela menjadi penjual bakso bakar di awal-awal kuliah.

Hal itu ia lakukan agar lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang tuanya. Ingat, sebelumnya dia menerima uang dari orang tuanya.

“Saya tidak ingin menjadi beban orang tua saya, jadi saya harus mencari uang sendiri di sini. Sebelumnya, dia menghadiri KH. Yusuf Mansur dan dia menyuruh jemaah untuk memanggil orang tuanya dan mengatakan tidak mengirim uang lagi, jadi Saya melakukan itu,” jelasnya.

Taufik justru menghubungi orang tuanya dan mengatakan tidak akan mengiriminya uang lagi. Sejak itu, dia tidak pernah meminta uang kepada orang tuanya.

“Jadi, berapa pun uang yang saya miliki, saya harus bisa menggunakannya untuk kebutuhan pribadi. Seringkali mereka seolah-olah membohongi orang tuanya dengan mengatakan jika mereka masih punya uang, uangnya sudah cukup,” imbuhnya.

Kebesaran Tuhan kembali terbukti. Tak lama kemudian, ia mendapat tawaran untuk mengajar di Rumah Tahfizh.

Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia menjalankan tugasnya sebagai guru dengan baik sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Hingga kini ia masih bertahan sebagai pengajar di Rumah Tahfizh.

Taufik selalu bisa membagi waktunya antara mengajar dan kuliah. Cita-citanya sendiri adalah menjadi pengusaha dan mendirikan pesantren penghafal Al-Qur’an.

Dia ingin ilmunya bermanfaat untuk anak-anak yang sama seperti dia beberapa tahun yang lalu. (rel)

Mari sebarkan berita ini…

Ini Alasan Hasto Ajak Mahasiswa Tinjau PT Pupuk Kujang

Merdeka.com – Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mencoba keluar dari rutinitasnya di luar politik. Kali ini bersama mahasiswa Universitas Pertahanan (Unhan) mengunjungi PT Pupuk Kujang.

Hasto yang didampingi oleh Dirut PT Pupuk Kujang Maryadi bersama Komisaris Riad Oscha Chalik dan Jurusan Teknik Mesin Universitas Pertahanan Letkol Wawan, selain mengamati dan berdiskusi. Ia terkesan dengan kegiatan tersebut.

“Kunjungan ini menarik. Di luar rutinitas dunia politik. Banyak hal dan istilah yang digunakan selama kuliah mungkin agak terlupakan. Termasuk di tempat kerja. Tapi presentasi dan observasi langsung ini membuat saya deg-degan dan bernostalgia,” ujarnya, Rabu (18/1).

Ia mengingatkan, jika Indonesia ingin maju, Sumber Daya Manusianya harus mampu menguasai ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika, kimia, dan biologi.

“Makanya sejak awal kami mengajak mahasiswa Teknik Mesin Militer dan Kimia Militer Unhan untuk melihat pabrik pupuk Amoniak dan Urea yang sangat kompleks dan rumit, sehingga mahasiswa memiliki imajinasi bahwa apa yang mereka pelajari dapat diterapkan dan bermanfaat bagi masyarakat. masa depan bangsa dan negara, jelas Hasto.

2 dari 2 halaman

Ia juga menceritakan saat membangun pabrik di Pusri, Palembang. Padahal, saat itu ada kebosanan dengan menu makanan. “Dua tahun ini, siang hari saya selalu makan nasi padang di kantor,” kata Hasto.

“Dulu saya bisa dengan cepat memanjat stripper,” lanjutnya sambil menunjuk ke stripper yang menyerupai menara setinggi 70 meter.

Hasto tampak mengamati belasan monitor dan sempat bertanya kepada staf yang bertugas. Ia juga sempat menanyakan bagaimana mekanisme peningkatan kinerja pabrik yang saat ini dilakukan.

Di akhir kunjungan, Hasto berharap hampir 50 mahasiswa yang hadir hari ini dapat menimba ilmu dan menginspirasi mereka untuk lebih semangat belajar.

Terkait saran tersebut, sebagai Process Engineer di PT Pupuk Kujang, Rahayu mengatakan berbagai informasi di kampus tidak sia-sia. Namun, teori-teori tersebut akan diuji di lapangan setelah berhasil.

Reporter: Putu Merta Surya Putra/Liputan6.com [fik]

Baca juga:
Hasto: Sumber daya alam Indonesia besar, kesenjangan pengetahuan dan teknologi membuatnya tertinggal
Dampingi Mahasiswa ke Pabrik Pupuk Kujang, Hasto: Bercita-cita Unggul Bangsa
Sekjen PDIP Tegaskan Tidak Ada Peristiwa Politik di Hari Ulang Tahun Megawati
Ganjar Diteriakkan Presiden di HUT PDIP, Sekjen: Sampaikan Ekspresi Boleh
Sekjen PDIP Sebut Kemungkinan Megawati Umumkan Capres 1 Juni 2023
Soal Koalisi Pemilu 2024, PDIP: Keputusan ada di tangan Megawati
Isu Reshuffle Kabinet, PDIP Siapkan Kader Terbaik Jadi Menteri Jika Diminta Jokowi